Masalah Pertanian Grobogan. Terjadi di Desa

 

Kabupaten Grobogan telah lama dikenal dengan kelebihannya di bidang pertanian. Namun, meskipun kita telah menyadari identitas ini, belum ada strategi yang efektif untuk memajukan sektor pertanian. Akibatnya, petani tidak merasakan kemakmuran yang seharusnya mereka dapatkan.

Selama masa penjajahan, Grobogan terkenal dengan luasnya lahan sawah yang menghasilkan beras yang dikirim ke kota-kota besar dengan permintaan bahan makanan yang tinggi. Kabupaten ini menjadi lumbung pangan nasional.

Namun, ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam tantangan yang dihadapi Grobogan dalam memajukan sektor pertanian:

1.       Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi hasil pertanian dan produktivitas tanaman. Jika Grobogan menghadapi tantangan seperti periode kekeringan yang panjang atau bencana alam lainnya, hal ini dapat berdampak negatif pada produksi pertanian.

Dampaknya sudah nyata. Petani tidak dapat lagi mengandalkan ilmu titi mongso. Ilmu titen. Wayah pari, Wayah jagung, Atau kedelai. Petani harus memiliki ilmu baru. Membaca PH meter tanah. Membaca ramalan cuaca. Membaca jenis penyakit baru yang dimunculkan karena perubahan iklim. Bahkan kondisi ekosistem sawah yang sudah sangat berbeda.

2.       Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan sumber daya seperti air, lahan, dan infrastruktur yang memadai dapat menjadi kendala dalam pengembangan pertanian. Jika sumber daya ini tidak tersedia atau terbatas, dapat sulit bagi petani untuk meningkatkan produksi mereka.

Apalagi masalah pupuk yang begitu menjerat petani. Pupuk mahal pupuk langka. Malah pejabat sibuk mengelak jika masalah itu tidak ada. Padahal dia sendiri dan keluarga adalah pengusaha distributor pupuk di Grobogan. Masalah lagi tentang Tanah yang harus sewa setiap tahun.

3.       Akses ke Pasar: Masalah dalam akses ke pasar dan distribusi produk pertanian juga dapat menjadi kendala. Jika petani tidak memiliki akses yang memadai ke pasar yang menguntungkan atau kurangnya infrastruktur yang mendukung distribusi, hal ini dapat menghambat kemajuan sektor pertanian.

Sistem rantai distribusi pasokan yang terlalu panjang. Tengkulak yang selalu untung sedang petani produsen pertama selalu dikalahkan.

4.       Kurangnya Teknologi dan Pengetahuan: Jika petani di Grobogan tidak memiliki akses yang memadai terhadap teknologi pertanian modern dan pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan produksi, hal ini dapat menghambat perkembangan sektor pertanian.

Seperti yang telah dijelaskan sedikit di atas bahwa ilmu pertanian selalu berkembang. Apalagi karena perubahan iklim. Bahkan untuk upgrade diri, Menambah kapabilitas petani. Kita tidak punya cukup penyuluhh pertanian di lapangan. Tidak ada pusat pelatihan petani.

Masalahnya mayoritas petani lulusan SD SMP. Juga tidak belajar pertanian dibangku kuliah.

Belum lagi mahalnya alat alat teknologi pertanian.

5.       Kurangnya Pendanaan dan Dukungan Pemerintah: Kurangnya pendanaan dan dukungan dari pemerintah daerah dapat membatasi upaya pengembangan pertanian. Jika sumber daya dan program yang dibutuhkan tidak tersedia, petani akan menghadapi kesulitan dalam meningkat.

Penting untuk diingat bahwa memajukan sektor pertanian adalah proses yang kompleks dan memerlukan upaya yang berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, petani, dan pemangku kepentingan lainnya. Melalui identifikasi tantangan dan upaya kolaboratif, diharapkan dapat mengatasi kendala dan memajukan sektor pertanian di Grobogan.

Penulis Wahyu Dwi Pranata tinggal di Desa Cingkrong

DotyCat - Teaching is Our Passion