Ngaji Kitab Kuning juga Jadi Tradisi Ramadan di Grobogan



Grobogan – Ratusan santriwan santriwati Pondok Pesantren di Grobogan, Jawa Tengah, mengikuti tradisi ngaji kitab kuning. Tradisi ngaji kilatan ini sudah berlangsung turun temurun dan menjadi ciri khas di pondok pesantren setiap bulan Ramadan. Para santri mengaji sejumlah kitab karya ulama salaf islam yang harus diselesaikan selama bulan Ramadan.

Seperti dilakukan para santriwan santriwati di Pondok Pesantren Manbaul A’la di Grobogan,Jawa Tengah ini, mereka mengaji kilatan kitab kuning yang biasa dilakukan setiap bulan Ramadan. Ngaji kilatan kitab kuning dimulai dari awal Ramadan dan hingga akhir Ramadan. Mereka mengaji sejumlah kitab karangan ulama salaf dalam berbagai bidang ilmu agama. Seperti Ilmu Fiqih,Ilmu Hadist, Ilmu Qurán dan Ilmu Tasawuf.

Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul A’la Gus Sirojuddin mengatakan, ada sekitar 400 santriwan santriwati yang mengikuti kajian kitab kuning. Selama mengikuti ngaji kitab kuning, para santriwan santriwati dituntut untuk mampu mengkhatamkan kitab yang dikaji tersebut selama bulan ramadhan dengan metode sorogan. Santri memaknai kitab yang dikaji, sementara ustadz membacakan kitab yang dipilih.

“Ada sekitar 400 santri putra putri yang mengaji kitab kuning, tradisi ini setiap tahun di bulan Ramadan ada. Kitabnya beda-beda dan satu bulan Ramadan harus khatam,” ucap Gus Sirojudin, Pengasuh Ponpes Manbaul A’la Grobogan, Jumat (24/3/2023).

Dia menambahkan, ada beberapa kitab karya ulama salaf yang dikaji dalam bulan ramadhan ini, tergantung ustadznya masing-masing.

“Ada Minhajul Muta’allim habis Ashar, habis Isya ada Ushul Fiqih, Bukhari Muslim juga ada. Tergantung ustadz nya masing–masing yang menginginkan kitab yang akan dibacakan dalam Ramadan tahun ini,” jelas Sirajudin.

Selain mengaji kitab kuning, lanjut Sirajuddin, di Pondok Pesantren yang diasuh juga dilaksanakan beberapa kegiatan di Ramadan. Seperti tadarus al-Qur’an, dan sholat Tarawih berjamaah.

“Intinya kegiatan positif untuk mengisi waktu di bulan ramadhan agar para santri paham ilmu agama,” terangnya.

Sementara Muslih, salah satu santri  Pondok Pesantren Manbaul A’la mengatakan tradisi ngaji kitab kuning menjadi tradisi tahunan di pondok. Yang membuat beda dengan pesantren lain, di pesantren Manbaul A’la mengaji satu bulan penuh sampai menjelang Idul Fitri.

“Kita di pondok ini mengaji sebulan full, karena berbeda dengan pesantren yang lain. Siang, sore, malam mengaji kitab kuning dengan para kyai yang ada di pondok. Ada kitab Minhajul Muta'alim, Adabul Tilawatil Quran, ada Bukhari Muslim, ada Ta’limul Aghniya’,” kata Muslih.

“Pokoknya seru, ngaji kitab kuning ini tidak ada di sekolah-sekolah umum. Semoga bisa paham ilmu agama dan bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah di bulan Ramadan,” lanjut Muslih. 
DotyCat - Teaching is Our Passion