Cerita Ciki dan Bus RELA Purwodadi
Rute rutin pertama saya dulu
adalah dari rumah ke Purwodadi saat saya masih SMA. Anak-anak lainnya lebih
suka naik bis RELA, bis kebanggaan dengan lambang huruf R rajawali empunya RCTI
OKE. Teman-teman suka naik bis RELA karena mereka bangga, dan juga karena
bisnya bagus. Anak-anak dari Solo-Purwodadi pasti tahu semua jenis bis RELA.
Mereka suka menghafal subtitle bis di kaca depan atau belakang bis. Terutama
cewe cabe-cabean, mereka tahu semuanya dan pandai dalam menggoda sopir bis,
haha.
Namun, bis yang paling saya sukai
adalah bis Sedayu kuning. Bis ini sudah tua, awak bisnya juga sudah tua, haha.
Bisnya berjalan lambat dan sering ada banyak kursi kosong, jadi tidak perlu
berebut. Gengsinya rendah kalau naik bis seperti ini. Tapi bis Sedayu kuning
menjadi langganan saya karena saya tidak perlu berebut dan bisa belajar di
dalam bis. Bahkan jika saya masih berada di seberang jalan atau baru keluar
dari pintu rumah, sopirnya tetap menunggu saya, haha. Hal itu tidak akan
terjadi jika saya naik bis RELA.
Ada satu lagi cerita tentang satu
bis unik. Jalurnya bukan Solo-Pwd, tetapi dari KedungOmbo-Pwd. Bisnya kecil
dengan dua pintu. Bis ini hanya naik jika benar-benar putus asa dan tidak
mendapatkan bis lain, haha.
Rute rutin dari rumah ke
Purwodadi ini tidak pernah membuat saya tersesat, karena rumah saya berada di
jalur Solo-Pwd. Turun dari bis langsung masuk rumah, keluar rumah langsung naik
bis, haha.
Rute rutin kedua saya saat mulai
tinggal di Solo. Pada waktu itu, pilihan bis semakin beragam. Sayangnya, pada
tahun 2006 menjelang 2007, bis Sedayu kuning sudah tidak ada lagi. Jadi, lebih
sering naik bis RELA, dan kemudian beralih ke bis Budhi Rahayu, bis kecil
jurusan Solo-Boyolali dari Tirtonadi.
Selama setahun di Solo, saya
hanya tersesat 3 kali. Tapi yang paling berkesan adalah karena saya dua kali
menjadi korban copet dan hampir beberapa kali lagi. Namun, itu adalah
pengalaman berharga karena membuat saya lebih waspada terhadap copet.
Rute rutin ketiga saya saat mulai
tinggal di Ungaran tetap naik bis RELA. Sampai di Tirtonadi, saya naik bis
menuju arah Semarang. Pada waktu itu, saya bekerja di pabrik dan selalu memilih
naik bis ekonomi karena hemat.
Rute rutin keempat saya saat
mulai kuliah lagi di Salatiga. Rutenya masih sama seperti saat saya bekerja di
pabrik, tetapi kali ini lebih favorit karena lebih lama dan sebagai mahasiswa,
saya naik kelas bis sedikit, hehe. Bisnya tetap bis RELA yang masih populer.
Namun, ada bis baru yang disebut GANDHOS ABADI, yang dikatakan milik pemilik
rongsokan. Akhirnya, saya mendapatkan bis favorit lagi, yaitu bis Safari/Taruna
AC Solo-Semarang dengan warna hijau segar. Bis ini menjadi favorit karena saat
itu bis Safari/Taruna AC baru diluncurkan dengan armada yang baru dan harga
yang lebih murah dibandingkan bis lama dari PO. Rajawali.
Rute rutin kelima saya saat saya
lulus kuliah dan mulai bekerja di Yogyakarta. Hingga sekarang, bis RELA tetap
menjadi primadona Solo-Purwodadi, meskipun belum ada peningkatan fasilitas AC.
Saya naik bis dari Tirtonadi menuju Surabaya-Jogja. Jika naik bis Solo-Jogja,
ada bis ekonomi tetapi harganya lebih mahal dan waktu tempuhnya lebih lama
serta tidak nyaman. Jadi, jika dari Solo ke Jogja, lebih baik naik bis
Suroboyonan. Lebih cepat, murah, dan nyaman. Namun, bis ini hanya dapat dinaiki
dari terminal. Aturan umumnya, bis Suroboyonan tidak boleh mengambil penumpang
di jalan, karena bisa diomeli oleh bis Ekonomi Solo-Jogja.
Di rute kelima yang saya jalani hingga sekarang, ada sesuatu yang membuatnya berbeda, yaitu saya mulai mengenal bus TransJogja. Dengan harga hanya Rp 3.000,00, saya bisa mengelilingi Jogja. Meskipun kadang-kadang tidak dapat diandalkan karena berbagi jalur dengan kendaraan lain dan sering terjebak macet.
Sudah hampir 10 tahun saya
memiliki rute rutin naik bis. Banyak pengalaman dan cerita yang terjadi. Akan
saya lanjutkan di postingan lain tentang berbagai hal yang saya temui dari dan
di berbagai bus yang selama ini saya tumpangi. Terima kasih sudah mampir :)